Rabu, 26 Oktober 2011

Bahayanya Sabun (yang suka Nyabuk silahkan Baca)

Quote:
Sejarah kemunculan sabun sesungguhnya dimulai di Roma. Sebelumnya, ‘sabun’ dipakai sebagai obat atau semacam hair gel oleh bangsa Babilonia dan Mesir Kuno.

Spoiler for sabun:


Orang-orang Romawi, mengenal sabun inipun secara kebetulan. Menurut legenda mereka, lemak dari korban bakaran Gunung Sapo tersapu hujan, terus kecampur sama abu kayu bakar, dan tanah liat. Ternyata campuran ini membuat pakaian lebih bersih sewaktu dicuci (boleh juga kapan2 dicoba ya resepnya . Dengan adanya ini, kebiasaan berendam (bathing) jadi populer disana.

Tapi sejak kekalahan Roma, kebiasaan berendam jadi terhapus. Kebersihan umum pun jadi turun drastis (pantes kalo liat film2 kolosal orangnya jorok2).

Seni membuat sabun muncul kembali di Eropa pada abad ke-7. Para pembuat sabun menyimpan rahasia mereka erat2. Sabun dulu termasuk benda eksklusif karena dipajakin tinggi dan bahan2nya sulit didapat. Bahkan di pemerintahan King James I di Inggris tahun 1622, pembuat sabun dikasih hak monopoli. Baru pada abad -19, sabun menjadi benda yang merakyat. Untung deh ga kena jaman2 dulu. aneh banget kali ya rasanya mandi ga pake sabun.

Nicholas Leblanc menemukan suatu alkali yang bisa membentuk sabun waktu dicampur dengan lemak. Bahan pembentuk sabun yang tadinya langka, jadi mudah didapat.

Dengan penemuan2 kimia berikutnya, ditambah operasi pabrik yang makin canggih, makan industri sabun jadi sangat berkembang tahun 1850-an. Seiring dengan ini pula, sabun mulai dibedakan fungsinya. Yang campurannya lebih lembut dipakai untuk mandi (waduh, jadi dari tadi sabun badan sama sabun cuci disamain?).

Lama-kelamaan deterjen malah jadi lebih populer daripada sabun natural yang dibuat dari campuran lemak dan minyak alami. Deterjen dibuat jadi sabun cuci, sabun cair, dan tentunya sabun mandi yang kita kenal sekarang.



Macam-macam bentuk sabun
Quote:
Spoiler for 1:

es krim gan

Spoiler for 2:

dodol

Spoiler for 3:

maaf BB

Lanjutan di page 2

Sekilas tentang sabun dan detergen

Quote:
Spoiler for efek negatif:

Penggunaan Sabun dan Deterjen

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah ( air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur ).

Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.

Dampak Penggunaan Sabun dan Deterjen Bagi Kesehatan dan Lingkungan

• Golongan ammonium kuartener itu dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.

• Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan cuma itu, SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.

• LAS relatif mudah didegradasi secara biologi ketimbang ABS. LAS bisa terdegradasi sampai 90 persen. Tapi bukan berarti masalah selesai. LAS juga butuh proses. Jadi di bagian ujung rantai kimianya harus dipecah. Ikatan o-meganya harus diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu.

• Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak rumah tangga yang membuang sisa cuciannya begitu saja tanpa pengolahan limbah sebelumnya, maka alam diharapkan mampu mendegradasinya.

• Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.

• Saat ini, instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan air limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah limbah deterjen secara sempurna.

• Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi kehidupan penghuni sungai.

• Penggunaan deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan lingkungan. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk.

• Hal ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.

Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu banyak. Formula soda ash atau detergen memang diakui andal membersihkan kotoran di kulit tubuh. Namun, jika digunakan di muka, minyak alami wajah Anda pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih cepat

sumber:unikaneh.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar